CIANJUR – Permasalahan sampah di Desa Cirumput Kecamatan Cugenang mulai teratasi dengan sistem pengelolaan berbasis ramah lingkungan. Di tempat pengelolaan sampah berukuran 50 meter persegi berada di Kampung Cirumput itu sampah-sampah dipilah.
Sampah organik dibuat menjadi pupuk. Sedangkan sampah anorganik dibuat menjadi bahan batu bata ramah lingkungan.
Pada prosesnya, mula-mula sampah rumah tangga dari masyarakat di kedusunan satu itu dibawa ke tempat tersebut.
Para pekerja gabungan warga dan perangkat desa telaten memisahkan sampah anorganik yang pada prosesnya dimasukan ke enam drum yang sudah dilengkapi kayu bakar untuk pembakaran di bawahnya.
Sampah-sampah mayoritas berbahan plastik itu dibakar pada suhu maksimal selama berjam-jam. Hasilnya menjadi serbuk-serbuk mirip abu.
Lalu abu pembakaran dikumpulkan dan diaduk dengan bahan-bahan seperti pasir dan semen. Kemudian dicetak dan dijemur agar hasil batu bata lebih kuat.
Kepala Desa Cirumput Beni Irawan mengatakan, pengolahan sampah anorganik menjadi bahan dasar pembuatan batu bata rutin dilakukan seminggu 3 kali. Pengelolaannya melibatkan masyarakat setempat.
Batu bata yang sudah dikumpulkan rencananya akan digunakan menjadi bahan material pembangunan sarana prasarana untuk kepentingan masyarakat.
“Jadwal pembakaran sampah setiap hari Jumat, Sabtu, dan Minggu. Batu bata yang telah dihasilkan akan dijadikan bahan material untuk bangun tempat pengelolaan sampah dan kandang hewan ternak program ketahanan pangan,” kata Beni, Jumat, 15 Agustus 2025.
Untuk pembelian bahan baku pembuatan batu bata, sementara ini Beni harus merogoh kocek pribadi. Pasalnya, selama ini tak ada anggarannya.
“Kalau pengadaan drum-drumnya, pemerintah Desa Cirumput sudah menganggarkan. Tapi untuk bahan bakar kayu, semen, pasir, termasuk logistik untuk pakai uang pribadi,” pungkasnya. (bay)