CIANJUR – Nasib tak ada yang tahu. Hal itu dialami Rian Prama Kurniadi (37), lelaki warga Kampung Sukaluyu Desa Cibiuk Kecamatan Ciranjang.
Di balik kesederhanaanya, Rian merupakan pemilik PT Lajur Utama Sejahtera, sebuah perusahaan manufaktur yang beromzet miliaran rupiah.
Kesuksesan yang diraih saat ini tentu tidak ujug-ujug. Butuh proses yang sangat panjang dengan berbagai dinamikanya.
Rian harus berjuang dari nol. Pekerjaan menjadi tukang las sempat dilakoninya di Kota Bandung.
Rian menjalaninya selama 2007-2009. Dia merupakan pekerja lepasan.
Gajinya relatif cukup kecil karena dibayar per hari plus uang makan.
“Awal bekerja di Cimareme Bandung di PT Karya Asli Mandiri bergerak di bidang pabrikasi permesinan atau manufaktur, yaitu produk onderdil yang dikirim ke Toyota. Kerja di situ sekitar 1,5 tahun. Gajinya Rp10 ribu ditambah uang makan Rp12.500 per hari,” kata Rian, Minggu, 4 Mei 2025.
Sayangnya di tengah perjalanan perusahaan bangkrut. Rian yang merupakan alumni SMK LPS 2 Ciamis jurusan otomotif tahun ajaran 2005/2006 itu, kemudian mencoba peruntungan membuka usaha jasa panggilan atau freelance.
Banyak pelanggan yang mempercayakan pekerjaan las, bubut, dan milling. Selama 5 tahun usaha Rian naik turun.
Pada 2012, Rian mendapat kesempatan masuk ke perusahaan PT Chroma Internasional di Bandung. Pekerjaannya tak jauh dalam urusan pengelasan.
Gajinya lumayan besar Rp2,8 juta per bulan. Pada waktu itu sudah sesuai Upah Minimum Regional (UMR) dan dirasa cukup untuk menafkahi istrinya, Selvia Aryanti yang lebih muda tujuh tahun darinya.
Kinerja Rian melesat. Hanya kurun setahun, Rian kemudian diangkat sebagai juru gambar (Drafter).
Pengalaman dan ilmu yang dimilikinya membuat Rian tak cukup puas. Dia kemudian memutuskan kembali membuka usaha sendiri.
Kali ini menjadi juru gambar 3D untuk mekanik. Usahanya dijalani dengan penuh perjuangan.
Naik turun penghasilan pun dirasakannya. Bahkan anak pertama dari lima bersaudara itu bersama sang istri sempat merasakan diusir dari rumah kontrakan.
“Pada 2017 pernah diusir dari rumah kontrakan karena tiga bulan belum bayar. Akhirnya saya memutuskan pulang ke Cianjur dan tinggal sama orangtua,” ungkapnya.
Kepulangannya ke Cianjur dan tinggal bersama orangtuanya ternyata menjadi awal kesuksesan Ayah dari Rizvi Septian Eka Pratama (13) dan Dzikri Dwi Risfana (8). Di masa itu ada pihak yang mempercayakan pekerjaan dengan nominal keuntungan besar hingga akhirnya membuat perusahaan sendiri di Tangerang, Banten.
Perusahaan Rian memproduksi tool equipment atau alat bantu perbaikan pesawat yang dikirim ke PT GMF Area Asia TBK.
“Tahun 2017 dapat tender di Tangerang. Mulai buka relasi, lalu perusahaan pabrikasi saya namai PT Lajur Utama Sejahtera. Kantornya di Parimeter Selatan atau di depan Kompleks AURI, Desa Neglasari, Kota Tangerang,” ujarnya.
Perusahaannya terus berkembang hingga dapat mempekerjakan teman hingga saudaranya. Di antara mereka bahkan tak sedikit yang lulusan S1. Omzetnya pun telah mencapai Rp7 miliar per tahun.
Rian mengaku bersyukur atas pencapaiannya saat ini. Kesuksesannya yang diraih pun dianggapnya berkat semua orang di sekitarnya yakni doa istri, orangtua, dan anak-anaknya. Tak lupa dia pun rutin berbagi rezeki.
Dia menganggap semua itu berkat jalur langit. Ada campur tangan Allah SWT sebagai pencipta alam semesta.
Rian berpesan kepada generasi muda jangan pernah takut untuk bermimpi.
“Mimpi setinggi langit dan jangan lupa untuk selalu ibadah dan berdoa meminta kepada Allah SWT. Insya Allah jalur langit akan menentukan nasib kita,” pungkasnya. (bay)