CIANJUR – Tingkat hunian atau okupansi hotel di Kabupaten Cianjur pada libur Idulfitri 1446 Hijriah cenderung menurun. Ada beberapa faktor yang menyebabkan kondisi tersebut.
Data Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) BPC Kabupaten Cianjur, penurunan okupansi di kisaran 20-21 persen. Dirata-ratakan, dari 1.857 kamar yang tersebar di 37 hotel, angka okupansi sebesar 48 persen.
Sementara puncak hunian hotel terjadi pada H+2 dan H+3 Lebaran. Okupansinya rata-rata kisaran 49 persen.
Ketua PHRI BPC Kabupaten Cianjur
Nano Indrapraja mengatakan, ada dua faktor menurunnya tingkat hunian selama libur Lebaran tahun ini. Pertama, kondisi terjadinya pelemahan ekonomi masyarakat serta menjamurnya vila yang disewakan di kawasan-kawasan perumahan.
“Berbicara vila, sebetulnya kan untuk tempat tinggal atau singgah pribadi. Tapi kenyataannya banyak vila yang dikomersilkan. Ini sangat berpengaruh terhadap tingkat hunian hotel. Apalagi jumlahnya relatif cukup banyak,” kata Nano, Senin, 7 April 2025.
Pada malam Idulfitri 1446 Hijriah atau malam takbir, rerata tingkat hunian di hotel yang merupakan anggota PHRI BPC Kabupaten Cianjur sekitar 48 persen. Memasuki libur atau H+1 hingga H+6, okupansinya cenderung fluktuatif tapi di kisaran tak lebih dari 48 persen.
“Pada H+1 Lebaran, hunian mencapai 40 persen, kemudian pada H+2 sebesar 49 persen, pada H+3 49 persen, H+4 40 persen, dan pada H+5 konsisten di posisi 40 persen. Namun angkanya anjlok pada H+6 yang hanya 15 persen,” ujarnya.
Nano menyarankan agar para pengelola hotel lebih meningkatkan pelayanan ataupun promo maupun menyajikan pertunjukan yang atraktif. Upaya itu diyakini akan menjadi daya tarik bagi calon tamu menginap di hotel.
“Solusinya harus mencari segmen market lain. Kami memang dihadapkan pada kenyataan yang di sisi lain harus bisa mempertahankan usaha jasa akomodasi,” pungkasnya. (bay)