Cianjur – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Cianjur mencatat ada sebanyak 247 kasus Demam berdarah Dengue (DBD) selama 2 bulan terakhir. Bahkan dari jumlah tersebut 4 diantaranya meninggal dunia.
Kepala Dinkes Kabupaten Cianjur, Yusman Faisal, mengatakan, banyaknya kasus DBD disebabkan diagnosa yang hanya dapat dilihat dari hasil laboratorium yang tidak dimiliki oleh Puskesmas sehingga sulit untuk ditangani.
“Karena ada kriteria Kemenkesnya. Jadi hanya bisa disimpulkan itu di tingkat rumah sakit. Tapi yang tercatat saat ini memang sekitar 247 per 2024 dari Januari sampai sekarang. Dan ada empat orang yang meninggal dunia,” ujarnya, Rabu (21/2/2024).
Yusman mengungkapkan, dari Dinkes pihaknya sudah membuat surat edaran terkait dengan kewaspadaan dini terkait bahaya penyakit DBD yang melibatkan kepala Puskesmas, ditunjukan ke kecamatan dan desa.
“Jadi ada dua surat edaran sebetulnya, pertama dari Dinkes kemudian dari bupati. Itu kaitannya tentang upaya-upaya pencegahan. Selain upaya pencegahan jiga mengenali gejala-gejala klinis dari DBD,” ucap Yusman.
Yusman menuturkan, salah satu upaya untuk memberantas DBD, pihaknya telah melakukan sosialisasi tentang pemberantasan sarang nyamuk.
“Warga harus aware (menyadari) terhadap peningkatan kasus yang dialami di Kabupaten Cianjur ini agar melakukan pemberantasan sarang nyamuk,” kata Yusman.
“Karena itu sangat efektif sampai ke jentik-jentiknya. Jadi itu bisa menutup saluran-saluran yang menggenang, bak atau botol-botol yang terbuka. Karena itu tempat berkembang biaknya nyamuk di sana,” tambahnya.
Yang terkahir, lanjut dia, disarankan juga untuk melaporkan apabila di daerahnya ada kejadian kemudian didukung dengan data-data efidemiologi seperti ada survei jentik, kemudian ada kasus yang di rawat itu bisa dilakukan fooging.
“Fogging itu untuk membunuh nyamuk dewasanya. Tapi tidak membunuh jentik sebetulnya kalau fooging itu,” pungkasnya . (wan)