CIANJUR – Badan Geologi masih melakukan kajian teknis di lokasi terdampak pergerakan tanah di wilayah selatan Kabupaten Cianjur. Kajian itu akan menjadi dasar bagi pemerintah daerah setempat melakukan relokasi.
Kajian teknis dilakukan di 25 desa tersebar di 10 kecamatan. Wilayah tersebut dikategorikan zona merah atau cukup berbahaya kalau ditempati masyarakat.
Sekretaris Dinas Perumahan dan Kawasan Pemukiman (Perkim) Kabupaten Cianjur, Hendri Prasetyadi, menjelaskan sejauh ini Badan Geologi baru mendata bangunan rumah yang harus direlokasi di 7 kecamatan.
“Sudah ada tujuh kecamatan yang keluar rekomendasi teknisnya. Badan Geologi menyatakan, wilayah itu sebagai zona berbahaya,” kata Hendri, Senin, 3 Februari 2025.
Saat ini tinggal tiga kecamatan yang segera diselesaikan kajian teknisnya. Dari 25 desa yang tersebar di 10 kecamatan, terdapat sekitar 150 bangunan rumah.
Secara teknis, kata Hendry, Badan Geologi memiliki barometer penilaian layak atau tidaknya dilakukan relokasi. Utamanya menyangkut kontur tanah serta potensi ancaman keselamatan jiwa masyarakat.
“Kalau kami baca rekomendasi dari hasil kajian, di Cianjur bagian selatan lokasinya berkarakteristik lereng, berbukit, serta lembah. Kondisi ini cukup rentan terjadi pergerakan tanah, meskipun pergerakan tanahnya lambat,” kata dia.
Ada dua metode relokasi. Salah satunya dilakukan secara mandiri.
“Kami akan merelokasi dengan jumlah yang ada. Misalnya ada beberapa desa yang hanya ada dua rumah, maka kami akan minta relokasi secara mandiri ke wilayah yang lebih aman,” ujarnya.
Sedangkan di wilayah zona berbahaya yang cukup padat penduduk dan permukimannya, maka akan dipersiapkan lahan sebagai hunian tetap.
“Kecuali di Kecamatan Kadupandak dan Kecamatan Takokak, di setiap desanya terdapat puluhan rumah. Ini tentu akan kami persiapan lahan relokasinya,” pungkasnya. (bay)