LOGIKANEWS.CO, Cianjur – Sosok Ahmad Jamaludin pejuang untuk pendidikan di pelosok Cianjur patut diacungi jempol. Eks guru honorer ini membangun sekolah gratis untuk siswa tidak mampu hanya dengan bermodalkan hasil jualan sapu ijuk.
Cerita Jamal untuk pendidikan di Cianjur berawal ketika 2014 lalu. Pria yang sudah 10 tahun bekerja sebagai guru honorer ini memutuskan untuk berhenti dan me jalankan usaha berjualan sapu ijuk.
Pria asal Desa Jayagiri, Kecamatan Sindangbarang, Cianjur ini pun pergi merantau ke kota berjualan sapu ijuk untuk mengubah nasibnya dan mendapatkan penghasilan lebih.
“Sudah 10 tahun saya mengabdi sebagai guru honorer di salah satu SD. Kemudian pada 2014 saya berhenti. Merantau ke kota untuk jualan sapu ijuk,” kata Ahmad, Rabu (6/12/2023).
Tiga tahun berjalan, usaha sapu ijuknya pun mengalami kemajuan. Bahkan Ahmad sudah memiliki banyak langganan, sehingga Ia tak perlu lagi berkeliling untuk memasarkan sapu ijuk produksinya.
Pada akhirnya, di tahun 2017 Ahmad kembali ke kampung halamannya dan mulai menjalankan bisnis dari rumah dengan mempekerjakan beberapa orang untuk produksi hingga pemasaran.
Tetapi saat kembali ke kampung, Ia melihat fenomena yang memprihatinkan, dimana banyak anak yang tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP.
Jarak ke sekolah terdekat yang jauh membuat anak-anak tersebut tak bersekolah. Kondisi itu diperparah dengan ekonomi warga, membuat para anak usia sekolah tersebut putus sekolah.
Bahkan untuk sampai ke kawasan penduduk tersebut, jarak tempuh dari jalan utama Sindangbarang sekitar 1 jam menggunakan sepeda motor.
Kondisi jalannya pun rusak parah, dimana masih berupa bebatuan dan tanah yang sangat licin jika guyur hujan.
“Saat itu saya memutuskan bersama teman-teman yang dulu seprofesi sebagai guru untuk membangun SMP, supaya akses dekat,” ungkapnya.
Dari hasil keuntungan menjual sapu ijuk, Ahmad berhasil mendirikan bangunan SMP semi permanen. Selama proses pembangunan itu, dia juga mengurus perizinan.
Di tahun 2020, SMP IT dengan nama Pancuh Tilu pun resmi beroperasi. Meskipun dengan kondisi seadanya, sekolah tersebut menjadi fasilitas pendidikan utama bagi masyarakat di lingkungannya.

“Mulai beroperasi pada 2020. Terdiri dari beberapa ruang kelas dengan bangunan semi permanen,” tuturnya.
Tiga tahun berjalan, kini sekolah tersebut sudah memiliki 75 siswa. Dengan fasilitas seadanya, para siswa tetap semangat belajar untuk mengenyam pendidikan demi menggapai cita-cita.
Bahkan menurut Ahmad, tidak sedikit siswa yang memang berasal dari keluarga tidak mampu namun memiliki semangat belajar.
Sehingga dia memutuskan untuk menjadikan sekolah tersebut secara gratis, bahkan memberikan bantuan seperti seragam dan kebutuhan lainnya.
Bantuan itu ia berikan pada siswa dari hasil berjualan sapu ijuk.
“Iya sekolah ini gratis, tiap tahun untuk yang siswa baru diberi seragam gratis. Hasil jualan sapu ijuk saya sisihkan untuk memfasilitasi siswa. Karena bagi saya dengan semangat mereka untuk belajar saja sudah luar biasa. Sehingga sudah sepatutnya dibantu,” kata dia.
“Ini juga dilakukan untuk memajukan pendidikan di wilayah pelosok Cianjur,” tambahnya.
Namun dia juga berharap pemerintah bisa memberikan perhatian dengan memberikan bantuan ruang kelas baru.
“Sekarang masih semi permanen, karena dibangunnya juga dengan dana seadanya. Makanya saya berharap ada bantuan untuk ruang kelas dan mabeler, supaya siswa bisa belajar lebih nyaman,” pungkasnya. (wan)