LOGIKANEWS.CO, Cianjur – Gempa bumi berkekuatan 5,6 Magnitudo meluluhlantakan Kabupaten Cianjur, pada November tahun lalu. Puluhan ribu bangunan rusak, termasuk fasilitas pendidikan.
Hal itu menyebabkan pelaksanaan kegiatan pendidikan di wilayah terdampak gempa menjadi lumpuh sementara. Membuat pendidikan dan generasi emas Cianjur terancam mengalami penurunan.
Namun dalam kondisi tersebut, para guru berperan penting untuk kembali membangkitkan pendidikan di wilayah terdampak dan menyelamatkan generasi emas Cianjur.
Para guru kembali melaksanakan tugas mengajar para siswa, sekitar sepekan pasca gempa. Kendati di sisi lain mereka juga dihadapkan keadaan dimana harus mengurus keluarga sendiri yang turut menjadi korban atau terdampak gempa.
Dede Masnenah, guru SDN Citamiang, mengatakan gempa bumi pada tahun lalu menyebabkan rumahnya rusak, dengan tembok belakang yang jebol dan pondasi yang retak.
Bahkan gempa juga membuat anak mengalami trauma berat usai menyaksikan rumah temannya ambruk rata dengan tanah.
“Rumah saya rusak hingga mengharuskan saya mengungsi di tenda. Yang lebih menyedihkan melihat anak trauma berat. Selama seminggu melamun, tatapannya kosong. Ditawari jajan atau pergi kemana juga tidak menjawab,” ungkap dia, Sabtu (25/11/2023).
Sepekan setelah gempa, trauma anaknya pun berangsur pulih. Sang anak sudah bisa kembali berinteraksi, sehingga Dede bisa mengurus hal lain, diantaranya kebutuhan dan urusan di pengungsian.
“Setelah anak mulai pulih, saya kembali fokus urus kebutuhan selama di pengungsian. Karena rumah kan rusak, tidak memungkinkan ditempati. Apalagi gempa susulan terus terjadi, kalau memaksakan tinggal di rumah khawatir ambruk sewaktu-waktu,” ucapnya.
Di tengah situasi tersebut, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) memutuskan untuk kembali menjalankan kegiatan belajar mengajar, baik di tingkat SD ataupun SMP.
Dengan begitu, Dede pun harus kembali menjalankan tugasnya sebagai guru, mendidikan para siswa di tengah situasi pasca gempa. Meski berat meninggalkan keluarga dalam kondisi tersebut, tetapi tanggungjawab mengharuskannya menjalankan tugasnya.
“Di satu sisi masih memikirkan keluarga, tapi di sisi lain ada tanggungjawab besar untuk mendidik siswa,” tuturnya.
Menurut dia, ketika melihat para siswa semangat masuk kelas meski pembelajaran di dalam tenda menjadi dorongan untuk Dede mengajar dengan sepenuh hati.
Apalagi para siswa tersebut juga menjadi generasi ke depan yang akan berperan besar membangkitkan Cianjur pasca gempa.
“Melihat siswa tentu jadi dorongan dan semangat baru untuk saya. Apalagi mereka kan generasi penerus ke depan. Mereka yang nantinya membangun Cianjur, menata kampung halaman. Membuat Cianjur bangkit,” kata dia.
Di sisi lain, Dede mengungkapkan jika mengajar siswa pasca gempa menjadi tantangan tersendiri. Metode baru pun dijalankan, sebab para siswa tersebut masih dihantui peristiwa gempa.
“Apalagi saat awal gempa. Ada guncangan sendikit saja para siswa langsung panik. Makanya yang diutamakan tidak pembelajaran formal, tetapi diawali pendekatan dan pengobatan trauma,” kata dia.
“Biasanya saya ajak ngobrol mereka, menanyakan kondisi mereka. Diajak bermain supaya mereka senang dan tertawa, sehingga trauma gempa berangsur hilang,” tambahnya.
Dia berharap para guru yang juga dihadapkan dengan kondisi serupa bisa tetap bersemangat untuk membangkitkan pendidikan di Cianjur pasca gempa.
“Untuk rekan guru, tetap semangat, meskipun dihadapkan dalam dilematis antara keluarga dan tanggungjawab. Tugas kita mulia, mencerdaskan generasi penerus. Membuat Cianjur bisa bangkit dan maju pasca gempa, melalui para generasi yang kita didik saat ini,” ungkapnya.
Di sisi lain, Ketua PGRI Kabupaten Cianjur Sukirman, mengatakan berdasarkan catatan, ada 3.076 guru yang terdampak gempa bumi.
“Sebanyak 1.274 guru rumahnya rusak ringan, 1.089 guru terdampak rumahnya rusak sedang, dan 713 rumah guru rusak berat. Mereka sempat mengungsi, dan sebagian besar kini sudah kembali rumah usai mendapatkan dana stimulan dan bantuan lainnya dari PGRI,” kata dia.
Menurutnya dalam kondisi yang juga terdampak gempa, pada guru di Cianjur tetap semangat mengabdikan diri untuk keberlangsungan pendidikan di Kota Santri.
“Begitu mengharukan dan patut diapresiasi, para guru yang terdampak gempa tetapi tetap mengajar. Mereka mengesampingkan urusan pribadi demi mendidik generasi bangsa saat ini yang akan menjadi generasi emas 2045 mendatang,” kata dia.
Dia berharap para guru di Cianjur mendapatkan kemuliaan dengan tugasnya mencerdaskan siswa. “Semoga mereka tetap diberi perlindungan, dimuliakan, dan tetap diberi kekuatan,” pungkasnya. (wan)