Cianjur – Petani di Cianjur keluhkan sulitnya mendapatkan pupuk bersubsidi, lantaran kuota subsidi yang turun setiap tahunnya. Bahkan di tahun ini beberapa jenis pupuk tak lagi di subsidi. Akibatnya produksi padi di Kota Santri tidak maksimal.
Ridwan (43), mengatakan ketersediaan pupuk, terutama pupuk bersubsidi menjadi keluhan para petani. Pasalnya ketersediaan pupuk masih kurang dan pembeliannya pun dibatasi.
“Kita memang kekurangan pupuk, terutama yang subsidi. Pembeliannya juga sulit dan terbatas,” ungkap dia, Sabtu (3/2/2024).
Menurut dia, khusus di wilayah selatan Cianjur dalam setahun dengan dua kali masa tanam, dirinya hanya mendapatkan kurang lebih 50 kilogram pupuk. Padahal kebutuhan untuk tiga kali tanam mencapai 250 kilogram atau 2,5 kuintal pupuk.
“Jauh dari kebutuhan. Yang akhirnya kami sebagai petani menyiasati dengan menggunakan pupuk dari kotoran ternak atau beli pupuk nonsubsidi yang cukup mahal. Dampaknya tentu penghasilan jadi berkurang,” ungkap dia.
Dia mengatakan kekurangan pupuk membuat hasil panen menjadi tidak maksimal. Menurutnya dari setengah hektar lahan seharusnya dapat menghasilkan 4 kuintal padi, tetapi karena kesulitan pupuk hasilnya hanya 3 sampai 3,5 kuintal padi.
“Jadi tidak termaksimalkan produksi atau hasil panennya. Padahal kalau pupuk aman, produksi meningkat. Apalagi jika merata pemenuhannya, Cianjur bisa jadi lumbung padi paling menghasilan di Indonesia,” kata dia.
Dia berharap ada kebijakan dari pemerintah untuk memenuhi kebutuhan pupuk untuk petani.
“Tentu harapannya kebutuhan pupuk itu dipenuhi. Makanya saya juga bingung saat debat capres disebutkan subsidi pupuk meningkat. Faktanya kita sulit dapat pupuk. Kalaupun tidak subsidi seluruhnya, sediakan pupuk murah,” tegasnya.
Di sisi lain, berdasarkan data alokasi pupuk bersubsidi untuk Cianjur, terjadi penurunan jumlah pupuk bersubsidi sejak dua tahun terakhir.
Pada 2022, alokasi pupuk urea alokasinya sebanyak 45.567 ton, SP-36 sebanyak 13.062 ton, ZA sebanyak 19.785 ton, NPK sebanyak 24.014 ton, organik granul sebanyak 3.049 ton, dan organik cair sebanyak 6.618 liter.
Jumlahnya pun mengalami penurunan pada 2023, dimana berdasarkan SK Alokasi tahun 2023, pemerintah menetapkan alokasi pupuk subsidi di Kabupaten Cianjur dengan total 61.148 ton terdiri dari urea sebanyak 39.718 ton dan NPK sebanyak 21.430.Ton
Bahkan alokasi tahun 2024, pemerintah menetapkan alokasi pupuk subsidi di Kabupaten Cianjur dengan total 41.234,6 ton terdiri dari urea sebanyak 24.719,8 ton dan NPK sebanyak 16.514,8 Ton.
“Tidak hanya penurunan jumlah pupuk bersubsidi. Tetapi ada beberapa jenis pupuk yang kini sudah tidak disubsidi, diantaranya pupuk ZA hingga organik cair,” ungkap Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur Yanti Nurdiyati.
Dia mengatakan minimnya pupuk bersubsidi juga diperparah dengan jumlah lahan yang terus menyusut. Bahkan setiap tahunnya lahan pertanian di Cianjur berkurang lebih dari 500 hektar.
“Kita awalnya ada 62 ribu hektare. Tahun ini hanya sekitar 61 ribu hektare. Penyusutannya paling banyak di wilayah Utara, jumlahnya di atas 500 hektar di bawah 1.000 hektare. Faktornya karena alih fungsi lahan ke industri dan perumahan,” kata dia.
Kendati minim pupuk dan terjadi penyusutan lahan, Pemkab Cianjur berupaya untuk memaksimalkan produksi padi di Cianjur.
“Produksi padi kita saat ini sebanyak 850 ribu ton gabah kering giling (GKG). Tahun depan kita targetkan naik menjadi 1 juta ton GKG. Dengan segala keterbatasan kita akan coba genjot. Diantaranya dengan mempercepat masa tanam, sehingga dalam satu tahun kita upayakan rata-rata bisa sampai 3 kali tanam,” ucap dia.
“Kita genjot produksi padi karena Cianjur ini menyumbang 10-12 persen pangan di Jawa Barat,” pungkasnya. (wan)